ARD, Apa Reaksi Dirimu?
Digitalisasi Islam. Itu tema kuliah shubuh setiap hari Sabtu di Masjid Al-Furqon UPI. Saya masih mengingatnya, karena kami bagian dari aktivis di salah satu masjid kampus fenomenel tersebut. Mengenang kegiatan kajian ilmiah setiap ba'da shubuh tersebut membuat hati ini ngageremet ingin sekali menerapkan kegiatan di masjid kampus tersebut untuk memakmurkan masjid di kampung yang masih jauh dari peradaban kota. Tapi, apakah kegiatan tersebut masih lestari hingga sekarang? Saya belum mengecek juga. Tetapi mudah-mudahan kegiatan positif seperti itu akan selalu dijaga bahkan dikembangkan agar lebih berkualitas lagi.
Kalau dulu pada kuliah shubuh "Digitalisasi Islam" sebenarnya belum masuk era uforia medsos seperti sekarang. Sedangkan sekarang digitalisasi itu memang benar-benar sudah terjadi. Era digital menawarkan peluang dan tantangan bagi siapa saja. Tanpa kecuali bagi seorang praktisi pendidikan. Guru sebagai tulang punggung peradaban memegang peranan penting dalam mengcounter berbagai efek negatif era digital bagi generasi saat ini. Karena seorang anak lahir ke dunia, bukan hanya sebagai anak dari orang tua biologisnya saja. Mereka adalah anak zamannya.
Dengan kehadiran Era Industri 4.0 ini, guru yang rata-rata masuk dalam kategori digital imigrant mau tidak mau harus mampu beradaptasi. Proses penyesuaian diri dengan perkembangan zaman meliputi banyak hal diantaranya metode mengajar, memilih bahan ajar, cara melakukan evaluasi dan sebagainya. Pendek kata, semua yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar saat ini harus sudah mengarah pada digitalisasi.
Dalam hal penggunaan metode pembelajaran, kalau zaman dulu berpusat pada guru, maka saat ini diarahkan agar berpusat pada siswa (student oriented). Artinya guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang mampu memotivasi, menginspirasi dan memfasilitasi siswa agar bisa lebih aktif dalam belajar. Kenapa begitu, karena zaman sekarang itu setiap orang termasuk siswa, diasumsikan sudah memiliki pengetahuan termasuk dalam bidang pelajaran yang dipelajarinya. Mereka dengan mudah bisa mengetahui lebih mendalam tentang materi pelajaran dengan hanya bermodalkan internet.
Tidak mengherankan kalau para pakar pendidikan sekarang ini sedang berinovasi diantaranya mencoba pembelajaran dengan teknik "terbalik". Kalau dulu siswa diberi tugas untuk mengerjakan PR di rumah. Sekarang dibalik, mereka mengerjakan PR nya di sekolah namun mencari bahannya di rumah dengan memanfaatkan teknologi internet tentunya. Tugas guru hanya tinggal menggiring mereka agar melakukan pendalaman dengan cara diskusi, presentasi, debat dan sebagainya. Lalu terakhir guru menyimpulkannya.
Sebenarnya banyak hal yang mulai diarahkan ke digitalisasi. Salah satunya dengan penggunaan ARD (Aplikasi Raport Digital). Sekolah kami meskipun secara geografis termasuk sekolah yang sangat jauh dari kota, namun berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam hal ini. Terbukti, para guru mulai dari yang muda sampai yang senior tidak mau ketinggalan untuk menyelesaikan pengisian raport digital ini.
ARD bagi yang belum mengalaminya mungkin bertanya-tanya seperti apa. Tapi bagi yang sudah atau sedang mengerjakannya tentu ada perasaan yang berbdeda-beda. Terlebih lagi bagi kami yang jauh dari kota. Kami biasanya mengalami beberapa kendala misalnya masalah listrik, server dan juga sinar internet yang kurang memadai. Adapun untuk masalah SDM, insyaa Allah sepanjang semua personel masih punya semangat belajar, maka tantangan sesulit apa pun bisa dihadapi dengan tenang.
Kebetulan saat ini saya baru saja menyelesaikan tantangan menyelesaikan ARD. Alhamdulilah bisa tepat waktu di tengah seabreg deadline lain yang bertumpuk-tumpuk. Dengan prinsip sederhana, yakin pasti bisa. Dan Anda juga pasti bisa. Karena banyak pengetahuan yang kita dapatkan untuk mengetahui tentang ARD saja. Tidak percaya coba ketik ARD di pencarian google, maka yang muncul kebanyakan tutorial-tutorial tentang penggunaan aplikasi ini.
Walaupun proses digitalisasi demikian pesat di negeri ini. Tetap saja peran guru tak bisa tergantikan oleh apa pun, termasuk teknologi. Maka upaya paling sahih untuk menyiasati perubahan zaman, bukanlah mengimpor guru dari luar tetapi adalah bagaimana semangat belajar dari guru itu agar terus bertumbuh. Disamping itu perlu ditingkatkan semangat berbagi antar guru, agar satu sama lain saling melengkapi. Sehingga guru tetap menjadi idola (teladan baik) para siswanya. Mereka (para siswa) akan mengatakan kepada idola dengan kata, "ARD, Aku Rindu Dikau" hehehe.
Lalu, ARD, Apa Reaksi Dirimu menghadapi tantangan era digital ini?
Walaupun proses digitalisasi demikian pesat di negeri ini. Tetap saja peran guru tak bisa tergantikan oleh apa pun, termasuk teknologi. Maka upaya paling sahih untuk menyiasati perubahan zaman, bukanlah mengimpor guru dari luar tetapi adalah bagaimana semangat belajar dari guru itu agar terus bertumbuh. Disamping itu perlu ditingkatkan semangat berbagi antar guru, agar satu sama lain saling melengkapi. Sehingga guru tetap menjadi idola (teladan baik) para siswanya. Mereka (para siswa) akan mengatakan kepada idola dengan kata, "ARD, Aku Rindu Dikau" hehehe.
Lalu, ARD, Apa Reaksi Dirimu menghadapi tantangan era digital ini?
Posting Komentar untuk "ARD, Apa Reaksi Dirimu? "