Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berani Memulai Kebaikan Berjamaah di Tengah Wabah

Berani Memulai Kebaikan Berjamaah di Tengah Wabah
Apakah anda suka menonton film? kalau anda suka, coba bayangkan seandainya ada film yang tanpa diiringi musik, tentu tidak seru bukan? 

Namun kehidupan nyata bukanlah film. Tanpa musik pun tetap seru. Tapi tidak bisa dipungkiri juga, kadang-kadang kita perlu musik sebagai media rekreatif agar bisa fresh lagi. 

Jenis musik seperti apa yang anda suka? Tentunya tergantung anda. Saya sendiri kadang kadang suka yang slow atau sebaliknya. Namun rata-rata saya lebih tertarik dengan musik yang memiliki syair yang menarik. Salah satu contohnya syair penuh nasihat grup Bimbo, seperti ini:

Hidup bagaikan garis lurus 
Tak pernah kembali ke masa yang dulu
Hidup bukan bulatan bola 
Yang tiada pangkal dan tiada akhir 
Hidup ini melangkah terus 
Semakin mendekat ke titik terakhir 
Setiap langkah hilanglah jatah 
Menikmati hidup nikmati dunia...

Dalem banget syair lagu ini. Begitulah proses kehidupan manusia. Dari hari ke hari semakin menuju akhir kehidupannya. Ada yang sadar akan proses seperti ini, namun kebanyakan dari kita lupa, karena terlena dengan hiruk pikuk kehidupan dunia.

Secara umum hidup ini berjalan linier seperti garis lurus. Menuju titik akhir jatah kehidupan di dunia, yakni kematian. Namun sebagai seorang muslim, dalam menjalani konten kehidupan ini kita ini seperti berputar, sirkular. 

Perputaran kehidupan seorang muslim itu adalah bagai lingkaran kebaikan. Berputar dari kebaikan yang satu, menuju kebaikan yang berikutnya. 

Setelah melakukan sebuah kebaikan dia berencana untuk melakukan kebaikan yang lainnya. Itu yang bisa saya ambil dari sebuah nasihat Gus Baha dalam salah satu ceramahnya. 

Jadi, keunikan seorang muslim itu terletak pada kebaikan yang berulang. Misalnya sekarang setelah melaksanakan shalat isya maka di dalam benaknya sudah terprogram besok akan melaksanakan sholat subuh. Dan selesai subuh pun terprogram lagi nanti siang akan sholat dhuhur, dan seterusnya. 

Begitupun program yang sifatnya mingguan. Habis jumatan hari ini maka dia berencana untuk jumatan Minggu berikutnya. Dan seterusnya. 

Jadi, walaupun pada faktanya hidup berjalan seperti garis lurus terus menuju akhir kehidupan. Tapi setiap hari konten kehidupannya selalu diisi dengan kebaikan yang terus-menerus berulang.

Sekarang dengan adanya wabah Corona, kita dihantui dengan ketakutan. Tabligh Akbar tidak bisa. Shalat jum'at di beberapa daerah sudah dibatasi. Kumpul-kumpul dicurigai. Dan itu semua sah, sebagai bentuk rasa sayang pemerintah kepada warganya agar tak tertular wabah Corona.

Semoga wabah ini segera berakhir agar kita bisa nyaman berjamaah dalam kebaikan. Amin. 

Pertanyaanya, jika wabah ini berakhir, beranikah Anda bertekad untuk memulai lebih semangat lagi berjamaah dalam kebaikan?

Posting Komentar untuk "Berani Memulai Kebaikan Berjamaah di Tengah Wabah"