Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jihad Nutrisi Untuk Perbaikan Generasi

jihad nutrisi
https://pixabay.com/id/photos/keju-makanan-nutrisi-piring-lezat-1961530/
Ceritanya mangkukna (dua hari yang lalu) kami sekeluarga menikmati ‘Bakso Bunda’. Dan ternyata,... bukan main lezatnya. Kompak semua memberi apresiasi bahwa bakso hari ini sangat lezat. Dan ketika aku hendak berujar dengan lintasan ide,  nyaris saja tersalip dengan respon spontannya, “... bisniskan?”. Bukan itu maksudnya. Tapi kita jadikan solusi dari masalah food yang kian menggurita.

Apa masalahnya? Tidak lain tentang kebiasaan anak jajan di warung. Anak itu kalau sudah dibiasakan jajan, jadi kecanduan seperti orang yang merokok saja. Kalau dihitung-hitung budget harian untuk jajan si kecil itu cukup banyak juga lho. Kaget. Anda juga mengalaminya kan?

Akan lebih bijak kalau anak diajak hidup hemat. Mereka dibiasakan mengisi celengan atau menabung. Bahkan lebih keren lagi berinvestasi, seperti membeli saham, emas, dan properti. Sungguh salut kepada salah seorang senior saya yang sudah berkiprah di dunia saham syariah. Jadi, anak-anaknya bukan hanya dijajani eskrim. Namun mereka diajari menjadi pemilik saham eskrim. Contoh keren ini. Inspiratif. Benar-benar lifestyle kekinian dan futuristik.

Sebagian dari kita kadang tak mampu membendung arus kebiasaan konsumtif ini. Alih-alih menghentikannya, justru terjebak pada pembiasaan gaya memanjakan anak dengan cara yang tak mendidik. Mengatur agar hidup hemat bukan berarti bakhil. Melainkan untuk kebaikan mereka juga di masa depan.

Dan bukan hanya soal manajemen jajan. Melainkan jajanan yang mereka konsumsi juga tak kalah penting permasalahannya. Betapa tidak bahaya jika anak-anak mengonsumsi pengawet, pewarna, boraks, dan bahan-bahan kurang sehat lainnya. Dan parahnya mereka memakannya setiap hari berkali-kali.

Mungkin bisa dianggap wajar jika yang melakukannya orang dewasa. Permasalahannya sistem pencernaan anak belum sekuat orang dewasa. Pada masa pertumbuhan ini semestinya mereka mendapat asupan gizi yang baik. Lebih tepat dalam agama disebut halalan thayyiba. Halal secara aturan agama, baik secara nutrisi menurut tinjauan kesehatan.

Dan masalah makanan ini tidak bisa dianggap sepele. Bukankah kita juga diperintahkan Allah agar benar-benar memperhatikan makanan yang kita konsumsi. Karena makanan yang masuk ke dalam tubuh kita akan mempengaruhi kita. Bisa berdampak menyehatkan atau sebaliknya. Bahkan bisa berdampak pada baik buruknya karakter seseorang. Tidaklah mengherankan jika Allah Swt mengingatkan dengan firman-Nya:
فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ اِلَى طَعَامِهٖ
Artinya: “Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya” (Q.S. ‘Abasa: 24)

Berbicara makanan ini jadi teringat juga sebuah kajian Gazwul Fikri (perang pemikiran) yang pernah kami bahas disaat kuliah dulu. Pemateri menyebutkan bahwa kita tidak menyadari sekarang ini tengah berlangsung perang pemikiran. Musuh umat Islam berusaha untuk memaksakan pengaruh mereka dengan segala cara. Salah satunya dengan program 3 (tiga) F yaitu, Fun, Food and Fashion.

Mereka menjajah dengan Fun berarti hiburan, bersenang-senang, banyak gaya, hedonis dan sebagainya. Umat ini diarahkan agar kehilangan fokus. Waktu mereka habis untuk bersenang-senang saja. Coba cek saja, bandingkan antara anak muda yang rajin ibadah dengan yang senang hura-hura. Perhatikan mana yang lebih banyak, apakah mereka yang nyantri di pondok pesantren atau hanya mencari uang semata. Sangat jelas kita kalah dengan strategi mereka.

Dan tentunya dalam Food ini kita juga terjajah. Dari hari ke hari organ tubuh kita semakin “dipaksakan” melemah akibat sering mengonsumsi makanan yang kurang sehat. Bandingkan dengan orang tua dulu. Mereka makan dan minum dengan bahan alami yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia dan bahan lain yang berbahaya. Pantas para orang tua tak terserang penyakit ganas. Sekarang, jenis penyakit semakin beraneka ragam. Dan penyakit semacam kanker, jantung, dan lainnya tidak hanya menyerang orang berduit. Tapi siapa pun juga bisa kena sakit. Lantas apa penyebabnya kalau bukan makanan kekinian.

Solusinya kita harus mulai kreatif mengolah makanan untuk dikonsumsi keluarga. Makanan populer seperti bakso, bakmi, dan sebagainya bisa kita produksi sendiri dengan bumbu yang lebih menyehatkan untuk seluruh anggota keluarga. Upaya ini insyaa Allah termasuk kebaikan. Mungkin terkesan berlebihan kalau saya katakan ini jihad nutrisi untuk perbaikan generasi. Tapi tidak apa-apa sekedar berbagi ide. Semoga bermanfaat ya...

Posting Komentar untuk "Jihad Nutrisi Untuk Perbaikan Generasi"