Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PBNU Harga Mati


Mengawali tulisan ini saya ingin menceritakan kembali sepak terjang seorang tokoh fiksi dalam dongeng sunda berlatar sejarah runtuhnya Padjadjaran. Bernama Si Jurangrong, manusia setengah iblis yang memiliki hobi tak lazim. Dia doyan minum darah manusia untuk melanggengkan kesaktiannya. Orang-orang yang haus kekuasaan dan pemuja syahwat menjadi sekutu setianya. Dalam kegelapan adalah suasana paling cocok untuk melancarkan aktivitas jahatnya. Benderang cahaya matahari yang paling ditakutinya.

Tokoh fiksi dalam dongeng Mang Jaya tersebut mungkin saja mewakili karakter manusia di alam nyata. Mereka yang haus dengan kekuasaan, menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya. Tidak segan-segan menghabisi sesama dengan segala tipu daya. Licik memanfaatkan situasi demi kepentingan diri dan kelompoknya. Tak jarang mereka menari di atas derita orang lain. Dan menggunakan aji mumpung untuk segera menuntaskan hasratnya. Mumpung berkuasa, mumpung berjaya, mumpung semesta sibuk dengan pandemi, dan mumpungisme lainnya. Opportunis-pragmatis!

Ambisi mereka ingin memadamkan matahari yang tak pernah padam sejak berpuluh abad lamanya. Sejak awal terbitnya, sang pelita telah menggoyahkan singgasana keangkuhan Kisra, memadamkan api abadi pujaan Majusi, meruntuhkan kesombongan Romawi tanpa pernah diterka sebelumnya. Bahkan semburat cahayanya telah menyinari gulita rakyat nusantara. Kilauan cahaya ini begitu berjasa sejak pramerdeka hingga era milenial sekarang. Meskipun jasa besarnya selalu dipinggirkan, namun tetap ikhlas penuh pengorbanan. Terciptanya dasar negara adalah salah satu pengorbanan mereka demi keutuhan bangsa.

Kini, falsafah hidup bersama yang menjadi salah satu perekat persatuan umat dan bangsa sedang diuji. Mungkin ada segelintir oknum yang cukup bernyali untuk memaksakan hasrat tersembunyi. Semua yang sadar situasi saling menerka, apa misi dibalik rancangan yang telah mereka desain. Boleh jadi diantara sekian asumsi para ahli, ada yang tepat. Namun kepada Allah juga kembalinya. Karena Allah Maha Mengetahui, Maha Kuasa atas segala sesuatunya.

Siapapun yang akan melakukan kerusakan, maka dengan izin Allah siasat jahatnya akan menjebak dirinya. Senjata makan tuan. Dan kalaupun akibat kedzaliman tak terbukti di atas permukaan bumi. Maka nanti mereka akan merasakannya di dalam perut bumi setaleh ajal merenggut nyawa. Karena siapapun kita, tidak luput dari pengawasan Allah yang Maha Kuasa, yang tak pernah mengantuk apalagi tertidur.

Maka berhati-hatilah dalam berbuat. Ada ulama dan umat sebagai gelombang rakyat yang siap menjaga negeri ini dari penistaan para pengkhianat. Harga pengorbanan umat Islam untuk menjaga bumi nusantara ini tak sebanding dengan gaji para pejabat. Dan mereka akan siap berjuang untuk mempertahankan pilar kebangsaan. PBNU harga mati. Karena PBNU yang dimaksud adalah Pancasila, Bhineka tunggal ika, NKRI, dan UUD 1945.


Posting Komentar untuk "PBNU Harga Mati"