Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Putih Saja Daripada Kambing Hitam

Waktu itu saya belum begitu ngeh dengan bahasa ngapak. Padahal sudah berbulan-bulan tinggal di ranah kota yang terkenal dengan icon hasil bumi bawang merah dan hasil ternak telor asin itu. Maklum saja sobat, saya termasuk orang yang kurang komunikatif kali ya, terlalu banyak baca daripada berbicara, hadeuh. Namun masih terngiang beberapa diksi yang lagi booming menjadi lelucon teman-teman saat itu, "Sing salah sapa...".

Jawaban sekenanya sudah pasti merujuk kepada salah satu teman kami, "Tanusi, karena TerlAlu NUSI...". Walhasil semua yang mendengarnya kompak tertawa. Entah menertawakan apa, intinya yang penting bisa tertawa saja. Dan saya pun tertawa meskipun masih terbatas dalam penguasaan bahasa lokalnya wong Brebes.

Kalimat lokal, "Sing salah sapa...", hanyalah candaan. Tidak kurang dari itu. Tapi kalau filosofi kalimat tersebut dianggap serius, maka akan jadi problem ya sobat. Bayangkan saja jika semua orang berkata, "... yang salah siapa, yang salah siapa...", sedangkan pada dasarnya tidak ada orang yang mau disalahkan. Jangankan orang yang tidak bersalah, justru orang yang kacerek deleg (Sunda: tertangkap basah, dengan tulisan "e" dibaca seperti kata "penting"), jelas bersalah pun biasanya mencari alibi, pembenaran agar dirinya "tidak bersalah".

Sepertinya sobat juga pernah merasakan sebuah kondisi yang tak menyenangkan. Belum juga lahir ke tindakan nyata untuk menyalahkan secara langsung, dalam pikiran sudah mendahului dengan vonis bahwa ini adalah salah si Fulan, itu jelas salah si Fulanah. Andai saja sobat tidak keburu sadar, maka pikiran bisa semerawut, tangan bisa sekenanya membuat status WA, status Facebook dan medsos lainnya yang berisi ujaran ketidaksenangan. Namun kondisi sadar sepenuhnya dari sobat akan sangat manjur menjadi rem yang membuat emosi semakin stabil.

Dan daripada kita lelah mencari kambing hitam untuk menuduh orang lain, lebih baik menengok ke dalam diri. Lihat ke bawah, ada sepatu putih saja. Hehehe. Dan boleh jadi kita sendiri yang salah. Ketika perenungan mendalam menghasilkan jawaban, maka mengakui kesalahan diri jauh lebih menentramkan hati daripada kepura-puraan. Dan sikap ksatria ini akan melahirkan keberkahan di kemudian hari, insyaallah.

Kepada sesama manusia sobat sudah gentle mengakui kesalahan, lebih-lebih lagi kepada Tuhan. Maka orang-orang yang rajin mengakui kesalahan diri dengan tobat dan istighfar lebih dicintai oleh Allah SWT. Karena kita sejatinya tidak pernah luput dari salah dan lupa. Jadi teringat kata Mang Jaya dalam Dongeng Enteng nya bahwa manusia itu gudangnya kesalahan. 

Meskipun demikian, kita harus senantiasa berusaha agar tidak memenuhi gudang tersebut. Apalagi kalau harus mengisinya dengan kesalahan-kesalahan yang berulang. Ingat, bahwa keledai yang diilustrasikan sebagai binatang terbodoh sekalipun tidak pernah jatuh kedua kalinya pada lubang yang sama. Apakah kita yang disebut makhluk cerdas mau kalah dengan keledai? Sadarlah sobat.

Lebih tajam Aa Gym sering mengingatkan, buat apa sobat sekolah tinggi-tinggi, kalau hanya untuk meniru kejelekan orang lain. Dalam hal ini, mudah menyalahkan orang lain.

Dan dalam menjaga hubungan baik dengan ilahi Robbi kita pun dianjurkan selepas shalat 5 waktu untuk mendawamkan sebuah doa. Salah satunya yang ada dalam ujung surat Al-Baqarah, berbunyi:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”"
QS.Al-Baqarah [2]:286

Semoga Allah senantiasa mengampuni dosa dan kesalahan kita baik lupa atau sengaja. Amin.

2 komentar untuk "Putih Saja Daripada Kambing Hitam"

  1. Jangan hanya karena hitam, lantas Si Kambing disalahkan.
    Ketika menunjuk orang lain, sejatinya tiga jari lebih banyak menunjuk diri sendiri.
    Mantap Kang Bani.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa Kang Abung. Terima kasih, masukannya sangat menginspirasi.

      Hapus