Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Salut! Perjuangan Pejuang Keluarga


Pejuang keluarga adalah para pemenang sejati. Mereka telah mengatasi konflik pagi, bahkan sebelum pagi tiba, demi memperjuangkan nasib keluarga. Mereka sudah mencuri start disaat yang lain masih bergumul dengan selimut tebal. Semangat untuk menjemput rezeki dari sang ilahi sudah dimulai sejak subuh. Bahkan sebelum subuh mereka sudah berpeluh keringat di tubuh demi mempersembahkan karya terbaiknya.

Pelayanan prima bagi mereka adalah bagaimana bisa menyajikan dagangan terbaik agar para konsumen bisa menikmatinya dalam waktu yang sedini mungkin. Pejuang keluarga sejatinya juga pejuang subuh. Mereka tidur lebih awal dan mereka bangun lebih awal. Mereka pun menyaksikan peristiwa sebelum subuh.

Sedangkan orang kebanyakan justru terlelap melewatkan waktu terbaik di pagi hari. Di kala mustajabnya doa terbuka lebar-lebar, ketika kenikmatan munajat begitu mengharukan. Seorang hamba berduaan dengan Tuhannya dia mengadu, dan mengeluh, dia meminta dia bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Ini terjadi dalam waktu yang tepat dan pada saat yang tepat, yaitu di keheningan malam di sepertiga malam terakhir. Setelah itu mereka bergegas untuk beraksi menjemput rezeki yang telah Allah curahkan kepada setiap hamba-Nya. Namun, hanya hamba-hamba-Nya yang bergerak cepat yang mampu mendapatkannya dengan maksimal.

Karena kemalasan tak mungkin sejalan dengan kesuksesan. Tiada kesuksesan tanpa kedisiplinan. Dan tak ada kedisiplinan tanpa latihan.

Para pejuang keluarga ini sudah terlatih setiap hari bangun pagi menghadap ilahi dengan shalat sunnah. Kemudian menyiapkan diri untuk melayani para pelanggan dengan pelayanan prima sesuai usaha yang mereka lakukan dalam bingkai kehalalan dan kebaikan.

Sobat, saat ini belum terlambat. Kita pun bisa mencontoh mereka orang-orang yang terdekat. Memang kalau contoh sejati, teladan sejati adalah sang Nabi panutan kita semua, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Akan tetapi jangan dikira di sekitar kita pun tak ada contoh. Seandainya kita menyadari dengan sesadar-sadarnya, maka sebenarnya bertebaran contoh di kanan-kiri, depan-belakang kita. Mereka adalah contoh teladan yang perlu kita amati, dan modifikasi. Kemudian melahirkan kreativitas sejati yang membuat hidup kita semakin berarti.

Maka gunakan mata ini untuk memandang yang yang baik. Dengan pandangan itu kita mendapatkan inspirasi untuk berkarya. Gunakan pendengaran ini untuk mendengar yang terbaik. Dengan pendengaran itu kita mendapatkan intuisi untuk berinovasi.

Dan pada intinya gunakan seluruh panca indra ini secara tajam dan peka untuk mendapatkan peluang berkarya yang terbaik, sambil mensyukuri kenikmatan yang Allah turunkan pada kita berupa panca indra dan hati yang masih bisa sadar dan bisa menjaga diri.

Sobat di awal bulan momentum diwajibkannya shalat ini mari kita berbuat yang maslahat, berkarya yang manfaat, dan beraktivitas yang sehat. Dengan semua itu semoga menjadikan kita dan semua umat bisa selamat. Dan seandainya kita belum bisa memaksimalkan potensi yang ada, maka percayalah kesempatan itu masih ada.

Sobat belum terlambat. Mari kita awali dengan memperbaiki diri, karena memperbaiki orang lain tanpa memperbaiki diri adalah sesuatu yang ironi. Sedangkan memperbaiki diri akan berefek kepada perbaikan orang-orang di sekitar kita. Ingat, orang lain itu di luar kendali kita. Sehingga kita tak mampu untuk mengubahnya, kecuali ada pertolongan Allah subhanahu wa ta'ala.

Sedangkan wilayah yang menjadi kendali kita adalah diri kita sendiri. Dan yang paling terdekat adalah para kerabat. Itupun tidak mudah, karena mereka juga manusia memiliki berbagai sisi yang kadang tak mudah dijangkau oleh kekuatan kita. Bahkan kerap kali orang dekat itu menjadi penghambat.

Sobat bisa melihat bagaimana sejarah perjuangan baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Siapa yang pertama kali menolak dakwah beliau? Bukan orang lain, bukan bangsa lain, melainkan paman-pamannya sendiri, seperti Abu Lahab, Abu Jahal, dan lainnya. Mereka adalah orang-orang terdekat Nabi yang sebenarnya sangat kagum dengan pribadi beliau.

Namun tatkala beliau menyatakan diri untuk berdakwah, menyampaikan risalah dari Allah subhanahu wa ta'ala berupa ajaran islam, mereka dengan kuat menolak. Karena dalam pandangan mereka Islam itu berbahaya berbahaya bagi kondisi kepercayaan yang mereka anut saat itu.

Mereka menyembah banyak berhala sedangkan Islam mengajarkan hanya Allah subhanahu wa ta'ala yang haq di ibadahi yang pantas sembah. Dari situlah mulai membuat mereka mulai membenci sang Nabi yang membawa risalah Islam sejati.

Mereka yang belum mendapatkan hidayah, menolak mentah-mentah ajaran Rasulullah Saw. Padahal begitu sempurnanya agama ini. Bahkan begitu sempurnanya akhlak Sang Nabi. Beliau tak hanya mengajarkan bagaimana hubungan vertikal kepada Allah (hablumminallah), namun juga menjadi teladan bagaimana hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablumminannas).

Salah satunya termasuk menjadi pejuang keluarga dengan mengais rezeki sebagai pedagang. Maka, apapun yang kita ikhtiarkan, sejatinya kita niati ibadah. Sobat, Bukankah kewajiban kita diciptakan ini untuk ibadah?

Posting Komentar untuk "Salut! Perjuangan Pejuang Keluarga"