Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Lebaran di Hari Pendidikan

 

idul fitri 1443
Sumber: https://pixabay.com/id/illustrations/idul-fitri-mubarak-7162058/

Alhamdulillah hari ini kita bisa menikmati hari raya lagi. Idul fitri tahun ini sungguh membahagiakan. Lebaran dua tahun sebelumnya tidak begitu bisa dinikmati oleh sebagian saudara kita. Sebagaimana diketahui masa pandemi telah memaksa kita untuk memperketat keluar rumah. Apalagi kalau harus mudik ke kampong halaman. Ada banyak resiko yang harus ditanggung jika pun sukses sampai di kampong.

Sesampai di perbatasan desa, para pemudik mau tidak mau harus menghadapi pemeriksaan petugas. Seabreg pertanyaan investigatif dilontarkan bodyguard di pos penjagaan. Semprotan disinfektan pun tak ayal membasahi pakaian dan kendaraan. Ini prosedur kehati-hatian demi keselamatan saudara sekampung-sepermainan. Dan itu terjadi saat masa pandemi sedang naik daun. Alhamdulillah sekarang mulai dilonggarkan.

Kondisi yang semakin membaik ini patut disyukuri. Namun tetap mesti diwaspadai, karena kita tidak tahu pasti hal yang akan terjadi. Apalagi pemerintah nampaknya belum gembleng 100 persen menyatakan bahwa pandemi telah berakhir. Justru saat ini kita sedang dalam tempo peralihan dari pandemi ke endemi. Keadaan seperti ini boleh dikatakan membuat kita menjadi harap-harap cemas, mau ada kejutan apa lagi yang akan kita alami.

Meskipun demikian, optimistis perlu ditumbuhkan pada diri kita, baik secara individual maupun secara kolektif sebagai bangsa. Kita akan melewati masa transisi ini dengan baik dan kembali nomal seperti sedia kala. Kondisi normal yang membuat aktivitas kita lancer tanpa hambatan. Dan diharapkan proses pembangunan jiwa dan raga bangsa Indonesia semakin melaju kencang, sehingga cita-cita Indonesia maju bisa terlaksana.

Mudik cerdik nan mendidik

Belakangan ini arus mudik semakin membahagiakan. Suara rakyat sudah bulat menyerukan “ayo mudik” untuk berlebaran bersama di kampung halaman. Seolah tak peduli dengan harga bahan bakar yang melambung juga sembako yang naik digit. Karena yang dicari adalah obat rindu ingin bertemu dengan sanak saudara di tempat kelahiran. Dan obat itu sudah jelas di depan mata: mudik lebaran. Beruntungnya, pemerintah sudah menyalakan lampu hijau bagi para pemudik.

Maka berbondong-bondong para perantau melakukan safar dengan berbagai armada kendaraan. Nyanyian kegirangan terpancar dari wajah-wajah mereka yang berbinar. Alhamdulillah hari ini bisa mudik dengan normal tanpa terlalu khawatir dengan protokol kesehatan yang diberlakukan pada dua lebaran yang lalu. Bahkan irama kebahagiaan yang ada tetap dijaga dalam bingkai puasa. Puasa menahan diri dari hal berlebihan.

Alih-alih banyak gaya dan ugal-ugalan, justru semestinya para pemudik mencari ide kreatif agar perjalanan lebih berarti. Seperti wejangan Gubernur Anies Baswedan kepada para pemudik dari Jakarta, hendaknya para pemudik memanfaatkan perjalanan ini dengan bercerita. Lepaskanlah Handphone dari genggaman. Bercerita tentang perjalanan hidup dari awal masuk kota Jakarta hingga kini. Itu akan lebih berarti bagi anak-anak yang mendengarkannya.

Lebih dalam dari itu, Buya Yahya memberikan tausyiah agar pemudik muslim hendaknya memiliki wudhu dalam perjalanan. Daripada terkekang oleh rasa bosan dan penat dalam kemacetan lebih baik menikmati keadaan dengan shalat di kendaraan. Fikih shalat saat perjalanan beliau jelaskan secara mendetail untuk mencerahkan umat. Dan ternyata aturan ibadah dalam Islam itu tidaklah seribet yang dibayangkan. Kuncinya harus mau belajar.

Belajar adalah kunci keberhasilan. Siapapun yang ingin menjadi orang sukses dalam bidang apapun hendaknya dia lebih mengencangkan otot belajarnya lagi. Belajar unlimited tanpa mengenal waktu dan tempat. Terlebih jaman sekarang yang serba canggih dan digital. Dunia sudah ada dalam genggaman yang penting ada kemauan untuk melakukan aksi dan eksekusi terhadap ide-ide cemerlang untuk kemanfaatan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu criteria manusia terbaik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Maka dengan misi ingin menjadi manusia yang banyak manfaatnya kuncinya banyak belajar. Belajar dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dialami kapanpun dan di manapun, termasuk dari lebaran tahun ini. Bukan kebetulan lebaran tahun ini bertepatan dengan hari pendidikan nasional. Apa maknanya menurut Anda?

Kadugede, 2 Mei 2022/ 1 Syawwal 1443 H

Posting Komentar untuk "Makna Lebaran di Hari Pendidikan"