Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Maka Tersenyumlah!

Senyum itu sedekah
Gambar oleh Michaela dari Pixabay

Oleh: Robani
Tersenyumlah sebelum senyum itu dilarang. Senyuman membuat jaringan syaraf di wajah menjadi sehat prima. Bayangkan betapa jauhnya perbedaan antara orang yang murah senyum dengan orang yang sering bermuram durja. Senyum itu membawa kesejukan yang melihatnya. Memancarkan aura positif dari air muka. Menjadikan seseorang lebih nampak segar. Maka saling melempar senyum terhadap sesama akan menjadikan hidup ini bahagia. Tentunya senyum manis yang keluar dari hati. Bukan senyum sinis yang yang berniat merendahkan sesama.

Selain bermanfaat untuk kesehatan, dalam ajaran Islam senyum itu sedekah. Subhanallah. Berarti kalau mau bersedekah, jangan menunggu kaya dulu. Karena banyak cara untuk bersedekah. Salah satu amalan ringan yang bernilai sedekah adalah tersenyum. Coba kita perhatikan sabda Rasulullah Saw

تَبَسَّمُكَ فِيْ وَجْهِ أَخِيْكَ لَكَ صَدَقةٌ

Artinya: “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu…” (HR. Tirmidzi)

Senyuman yang tulus kepada saudara kita sama dengan memasukan energi kebahagiaan (idhalus surur) bagi mereka. Sebagaimana kita maklumi bahwa setiap orang punya masalah. Dan masalah ini akan terus membebani jika belum ditemukan solusi. Terkadang, diperlukan berbagi cerita dengan orang-orang terdekat yang dapat dipercaya. Namun ketika yang diajak berbagi cerita hanya bermuram durja, mungkin akan menambah masalah. 

Berbeda ketika disuguhi sambutan dengan senyuman tulus. Bisa jadi masalah itu sudah hilang sebelum bercerita. Hanya karena senyuman yang menyejukkan. Maka kita sangat dianjurkan untuk bermurah senyum. Karena panutan kita pun Rasulullah Saw. dikenal selalu menebar senyum kepada siapapun. Senyum tulus beliau gambaran akhlak mulia yang menjadi daya tarik mudahnya Islam diterima oleh siapa saja. 

Selain itu senyum juga menggambarkan seseorang selalu berpikir positif dalam menghadapi segala permasalahan. Mereka selalu optimis dalam berusaha, pantang menyerah kendatipun banyak rintangan yang dihadapi.  Keyakinan kuat dalam dirinya bermuara dari keimanan. Muncul energi pada air muka yang penuh dengan senyuman. 

Filosofi senyum juga menggambarkan pondasi jiwa yang kokoh. Tak ada keraguan dalam diri bahwa rezeki sudah diatur oleh Allah Swt. Allah tak mungkin keliru membagi rezeki pada hamba-hamba-Nya. Rezeki seseorang tak mungkin tertukar dengan orang lain. Pepatah Sunda menyatakan, “Milik teu pahili-hili, bagja teu paala-ala”. Intinya santai saja. Hadapi dengan senyuman bahwa setiap orang sudah dijatah rezekinya masing-masing.

Tugas kita di dunia ini hanyalah berusaha, menyempurnakan ikhtiar. Dan usaha apapun jika diibaratkan sebuah tulisan, hanyalah sebagai “judul”. Sedangkan konten utamanya berupa rezeki yang bisa hadir dari arah mana saja. Terkadang tanpa diperkirakan sebelumnya. Tentu dengan filosofi senyum tulus harus yakin bahwa yang memberi rezeki hakikatnya semata-mata hanyalah Allah Swt. Allah Maha Kuasa memberikan rezeki kepada hamba-Nya dari arah manapun. 

Tersenyumlah dengan yakin bahwa setiap makhluk hidup dibarengi dengan rezekinya. Apalagi manusia, haqqul yakin setiap orang memiliki rezeki masing-masing. Maka janganlah membatasi orang lain dengan rezeki kita. Misalnya sebagai orang tua, jangan khawatir tidak bisa mewariskan harta kepada anak-anaknya. Karena anak-anak kita memiliki rezeki tersendiri. Hanya kematian yang menunjukkan jatah rezeki di dunia ini sudah habis. Sebelum mati terjadi, masih ada jatah rezeki bagi kita untuk dijemput, dinikmati dan disyukuri.

Tersenyumlah dengan tulus penuh keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sesuai kemampuannya. Setiap permasalahan pun pasti ada solusinya. Masalahnya adalah sejauh mana kita bisa menyempurnakan ikhtiar untuk mencari solusi tersebut. Dan pada akhirnya filosofi senyum pun mengajari kita agar optimis menatap masa depan. 

Kalimat bijak menyatakan "masa lalu adalah histori, masa depan penuh misteri". Maka sebagai orang beriman, hendaknya sejak saat ini berinvestasi sebanyak-banyaknya untuk masa depan. 

Dan masa depan yang paling utama adalah akhirat. Kita harus berbekal dengan bekal terbaik untuk masa depan yang paling baik tersebut. Bismillah saja ikhtiar maksimal dan tersenyumlah bertawakkal, kawan!



Posting Komentar untuk "Maka Tersenyumlah!"